Wednesday, August 31, 2016


Pembinaan guru merupakan salah satu fungis dari manajemen SDM Pendidikan. Manajemen SDM Pendidikan adalah proses pemberdaya personil, khusnya pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan formal secara efektif dan efisien. Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan, hal ini juga berarti bahwa dalam mengelolah SDM adalah merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Maka dari itu SDM di bidang pendidikan harus benar-benar dikelolah dengan baik dan benar.

Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala sekolah dan pengawas. Sebagai contoh ; sibuknya kepala sekolah menerima tamu, masalah administrasi dan keuangan sering kinerja guru di kelas tidak terpantau. Pengawas pun jarang memantau ke kelas dengan berbagai alasan. Pengawas tampaknya belum menyadari bahwa pembinaannya sangat berarti dalam meningkatkan kinerja guru. Membina guru hanya lewat kehadiran di waktu rapat untuk berceramah tidak akan banyak meningkatkan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka dari itu diadakanlah Sosialisasi pembinaan guru. Sosialisasi pembinaan guru tersebut dihadiri oleh guru-guru Se Gugus SD II Kec. Langgudu yang bertempat di SDN Inpres Waworada ; Rabu, 31 Agusutus 2016. Besar harapan, semoga kedepannya Guru-guru yang bernaung di Gugus SD II Kec. Langgudu makin profesional, menjadi guru yang hebat serta menjadi panutan bagi semua orang. Aminnnn.....







"Sebuah negara tidak akan tumbuh besar, jika Guru di negara tersebut tidak tumbuh besar. Sebuah negara tidak akan sejahtera, jika Guru mereka tidak sejahtra. Kehebatan sebuah Negara tergantung kehebatan guru mereka. Tetap semangat guru-guruku dalam membangun dan menciptakan generasi muda yang lebih baik untuk masa depan negara kita tercinta ( INDONESIA )"

Tuesday, August 23, 2016



Cara atau panduan aplikasi PMP atau penjamin mutu pendidikan yang saat ini sudah terkoneksi pada database dapodik sekolah, sehingga dalam cara penggunaan aplikasi PMP dan penginputan data PMP menjadi lebih mudah, dengan syarat isian kuestioner jumlah koresponden PMP Siswa Sekolah Dasar minimum 10 per kelas (di utamakan kelas 4-6) Guru SD minimum 1 guru pertingkat kelas Guru SMP minimum satu guru permata pelajaran. 

Komite sekolah minimal satu orang dan perwakilan orang tua siswa satu orang tiap tingkat kelas. Peta Mutu Rekomendasi Program Intervensi Pembangunan Pendampingan dan penguatan Monitoring dan Evaluasi Pelatihan terkait peningkatan peningkatan peningkatan aspek mutu, Instrumen Penjaminan Mutu Pendidikan merupakan alat   yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam pemetaan mutu pendidikan. Instrumen terdiri dari ratusan   komponen pertanyaan yang diisi oleh kepala sekolah,  guru, siswa, pengawas, dan komite  pendidikan. Instrumen ini mewakili   aspek-aspekyang ada pada Standar Nasional Pendidikan yaitu:
1. Kempetensi Lulusan
2. Isi
3. Proses
4. Penilaian
5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Pengelolaan
7. Pembiayaan
8. Sarana dan Prasarana
Input dan kirim data PMP yang terintegrasi dengan DAPODIK Sekolah
Disdik Kabupaten/Kota
-    Report PMP
-    Pemanfaat Pemetaan Mutu untuk Program
LPMP 
-    Sosialisasi dan Bimtek sistem PMP
-    Admin Sistem prov
-    Analisis dan laporan
Kemdikbud
-    Pembangunan sistem app PMP
-    Dasar kebijakan program berbasis analisis PMP
Aplikasi Web Portal PMP:
1.    Administrator Kementerian
2.    LPMP (Admin Provinsi, create user)
3.    Dinas Pendidikan Provinsi (Report)
4.    Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (Report)
5.    Direktorat Teknis (Report)
6.    Publik (Report)
Aplikasi SIM Instrumen PMP (terkoneksi Dapodik)
1.    Sekolah (Kepsek)
2.    Pengawas
3.    PTK
4.    Peserta Didik

Thursday, August 4, 2016


Disaat memberikan atau menyampaikan pembelajaran memang tidak semudah yang di bayangkan , di mana banyak tantangan yang harus di hadapi salah satunya menjaga kondisi kelas tetap tenang dan kondusif serta siswa tetap memperhatikan pelajaran yang sedang disamapikan . 
Seorang pendidik ketika mengajar di dalam kelas tentu kerap menemui kendala. Salah satu kendala yang sering dijumpai ialah siswa yang ribut. Mereka tak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Mereka sibuk sendiri. 

Biasanya mereka berbicara dengan teman yang ada di kanan dan kiri. Biasanya pula mereka bermain suatu permainan. Untuk itu, seorang pendidik perlu menguasai teknik penanganan siswa yang ribut. Berikut ini beberapa hal yang dapat penulis sarankan. Semoga tulisan ini dapat memberi masukan kepada pembaca yang budiman untuk mengatasi anak yang gaduh.

Berikut merupakan cara Efektif Atasi Siswa Ribut di Dalam Kelas Saat Sedang Proses Pembelajaran :

1. Minta mereka menyimpan mainan yang tak berhubungan dengan materi pembelajaran di dalam tas. Lalu, minta mereka menyiapkan buku pelajaran.

2. Pada awal pembelajaran, berikanlah games menarik kepada anak didik. Misalnya : bertepuk tangan, tebak-tebakan, bernyanyi bersama, bercerita, kuis berhadiah dll.

3. Buatlah materi pembelajaran yang menarik bagi anak. Buatlah suasana yang menggembirakan siswa saat menerima pelajaran. Jangan tegang saat mengajar. Gunakan intonasi suara yang menarik perhatian.

4. Selipkan humor dikala mengajar. Dapat pula permainan tepuk, halo hai, dongeng, sulap dll.

5.Jika siswa masih saja ribut maka cobalah perhatikan apa yang sedang mereka bicarakan. Lalu, masuklah dalam pembicaraan itu. Namun, sebentar saja.

6.Lalu, hubungkan apa yang siswa perbincangkan dengan materi yang anda ajarkan kepada mereka.

7. Jelaskan manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari (sesuai dengan minat anak). Misalnya : jika ‘Iwan’ mempehatikan pelajaran berhitung ini maka ‘Iwan’ dapat berjualan sendiri di toko milik ibu Iwan”.

8. Sering- seringlah mengatakan bahwa ‘Iwan’ adalah anak yang tenang, cerdas, dan rajin.

9.Hindari kata-kata JANGAN. Misalnya : jangan ribut, jangan nakal, jangan bertengkar. Yang mereka lakukukan malah sebaliknya. Gunakanlah kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya : “bapak/ibu lebih senang jika ‘Iwan’ tenang” atau “Anak yang baik/soleh adalah anak yang tenang di dalam kelas”.

10. Beri pujian dan hadiah kepada anak yang tenang. Secara tidak langsung anak lain yang ribut juga akan tenang karena ingin mendadapat hadiah.

11. Hindari mengendalikan kelas dengan cara marah-marah, membentak murid, memukul papan tulis dan berteriak. Itu semua hanya menimbulkan ketegangan dan ketakutan yang tidak baik untuk suasana belajar.

12. Evaluasi hal-hal berikut ini : metode yang digunakan tidak tepat, materi yang terlalu sulit, komunikasi yang cenderung monoton, tidak menginspirasi, atau karena guru tak menggunakan media pembelajaran yang sesuai.

13. Berikan konsekuensi atas sebuah kesalahan. Misalnya jika ada anak yang ribut maka minta mereka menghafal pelajaran sambil berdiri di depan kelas. Beri hukuman yang mendidik. Jangan hukum mereka secara fisik.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba untuk bapak ibu guru semoga berhasil dengan 13 metode di atas dalam menanggulangi keributan siswa di dalam kelas .

Monday, August 1, 2016


Untuk meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan perlu dilakukan upaya pencegahan, penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan sekolah, SK Tim Pencegahan Tindak Kekerasan di Sekolah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan guna mewujudkan sistem organisasi yang terstruktur dan sistematis sebagai wujud komitmen bersama.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan adalah sebagai salah satu dasar untuk membentuk tim pencegahan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah.

Dalam pengarsipan dan pelaporan nya  SK Tim Pencegahan Tindak Kekerasan di Sekolah ini wajib di inputkan pada data pokok pendidikan atau dapodik versi 2016. Berikut merupakan contoh SK tim pencegah tidank kekerasan di sekolah DOWNLOAD DISINI

Saturday, July 30, 2016



Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan sekolah (Pelibatan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Seluruh Ekosistem Pendidikan) yang mendasari terbentuk nya Sekolah Aman yang pada implementasinya di sekolah salah satu nya terbentuknya kepengurusan dalam SK Pembentukan Sekolah Aman, yang selama ini belum ada intervensi khusus dari negara terhadap kejadian tindak kekerasan di lingkungan sekolah.

Selama ini memang belum ada regulasi secara khusus dan tegas yang mewajibkan negara hadir dalam mengatasi tindak kekerasan di lingkungan sekolah, belum ada kanal pelaporan dan perlindungan khusus bagi anak yang mengalami tindak kekerasan di lingkungan sekolah, Belum ada usaha koordinasi antar pelaku dalam ekosistem pendidikan untuk saling mendukung dalam pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan sekolah.

Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 hadir dalam lingkup:
A. Upaya Penanggulangan terhadap:
1. Tindak kekerasan terhadap siswa
2. Tindak kekerasan yang terjadi di sekolah
3. Tindak kekerasan dalamkegiatan sekolah yang di luar sekolah
4. Tawuran antar pelajar
B. Sanksi
C. Upaya Pencegahan oleh Sekolah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah

Penanggulangan
Baik di sekolah maupun dalam kegiatan luar yang dilakukan oleh sekolah pelibatan dalam fungsi sebagai berikut;

a. Sekolah
Melaporkan kepada orang tua/wali siswa setiap terjadi kekerasan, serta
melapor kepada dinas pendidikan dan aparat penegak hukumdalamhal
yang mengakibatkan luka fisik berat/cacat/kematian;
• Melakukan identifikasi fakta kejadian dan menindaklanjuti kasus secara
proporsional sesuai tingkat kekerasan;
• Menjamin hak siswa tetap mendapatkan pendidikan.
• Memfasilitasi siswa mendapatkan perlindungan hukumatau pemulihan.

b. Pemerintah Daerah
• Wajib membentuk tim adhoc penanggulangan yang independen untuk melakukan tindakan awal penanggulangan, juga berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Tim ini melibatkan tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan, dan/atau psikolog;
• Wajib memantau dan membantu upaya penanggulangan tindak kekerasan oleh sekolah;
• Menjamin terlaksananya pemberian hak siswa untuk mendapatkan perlindungan hukum, hak pendidikan, dan pemulihan yang dilakukan sekolah.

c. Kemdikbud
• Membentuk timpenanggulangan independen terhadap kasus yang menimbulkan luka berat/cacat       fisik/kematian atau yang menarik perhatian masyarakat
• Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan oleh sekolah dan pemerintah daerah;
• Memastikan sekolah menindaklanjuti hasil pengawasan dan evaluasi.

Contoh Konsepnya bisa di download pada link dibawah ini....

Thursday, April 21, 2016


Tiap tahun tanggal 21 April kita peringati Hari Kartini. Dalam hal Peringatan Hari Kartini ini diambil dari nama pahlawan nasional perempuan bernama Raden Ajeng Kartini. Kartini dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal itu dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita pada masa itu. Pasalnya beberapa perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan tinggi. Raden Ajeng Kartini adalah anak kelima dari 11 bersaudara dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah. Dia lahir pada 21 April di Jepara, Jawa Tengah. Keluarga Kartini adalah merupakan sosok bangsawan di Jepara. Sang Ayah dikenal sebagai Bupati di Jepara.

Kartini muda adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi ilmu pendidikan dan pengetahuan. Dia sangat gemar membaca dan menulis. Namun, kegemaran Kartini tersebut terenggut lantaran sang ayah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat meminta Kartini tidak perlu menimba ilmu tinggi, hal itu yang membuat Kartini hanya sampai sekolah dasar dasar saja pada usia 12 tahun. Dia terakhir bersekolah di Europese Legere School, di sekolah inilah yang membuat Kartini mahir berbahasa Belanda. Kartini berhenti bersekolah lantaran harus dipingit oleh sang ayah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Namun, Kartini tetap memiliki tekat bulat dan tetap belajar walaupun telah berhenti dari sekolahnya. Sebab pada masa itu Kartini sering berkirim surat dengan teman-temannya di luar negeri untuk saling bertukar informasi.

Kartini juga rutin membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa, dan sejak saat itulah timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Pasalnya pada saat itu Kartini melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Oleh sebab itu, dia memiliki ide untuk memajukan perempuan-perempuan Indonesia dari segala keterbelakangan. Di masa itu, Kartini sangat sering berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri mengenai gagasanya itu.

Kemudian, pada 12 November 1903, Kartini memulai kehidupan baru, ia dipinang oleh upati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.
Oleh suaminya, Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks Kantor Kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Setahun berselang dari pernikahannya, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904. Empat hari pasca Kartini melahirkan putra tercintanya, dia pun menghembuskan napas terakhirnya pada 17 September 1904 di usia 25 tahun. Dia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Saat meninggal, Kartini menghembuskan napas terakhirnya tepat di pangkuan suami tercinta, hal itu karena merujuk kesaksian dari para abdi dalem yang ada pada peristiwa itu. Menurut informasi dari berbagai sumber, Kartini meninggal dunia diduga karena preklamsia yakni gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul "Door Duisternis Tot Licht" yang artinya "Habis Gelap Terbitlah Terang". Kartini adalah seorang kutu buku, penulis dan istri yang setia. Dia peduli terhadap nasib miris terhadap kaumnya.

Berkat kegigihannya memperjuangakan emansipasi wanita, keluarga Van Deventer yang seorang politik etis pun tertarik untuk dengan mendirikan Yayasan Kartini yang selanjutnya mendirikan sekolah wanita pada tahun 1912 di Semarang dan kemudian diteruskan ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Karenanya, Raden Ajeng Kartini adalah sosok pahlawan nasional yang memperjuangan emansipasi wanita. Dia juga dinilai sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Dengan perjuangan Kartini tersebut saat ini tidak ada lagi pendiskriminasian kepada gender perempuan. Berkat perjuangannya tersebut, akhirnya pada 2 Mei 1964, pemerintah menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan. Dan setiap 21 April tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kartini Kemasyuran Kartini juga sampai ke negeri kincir angin Belanda, namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota, seperti di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem.

SELAMAT HARI KARTINI

Friday, April 15, 2016


Banyak Guru yang ingin anak didiknya menjadi cerdas. Namun, tentu saja banyak cara menuju ke arah itu dan perlu banyak pengorbanan memperolehnya. Salah satu cara meningkatkan kecerdasan anak adalah dengan mengajarkan anak bermain catur. Sebab, dengan main catur, anak terbiasa duduk diam dalam waktu cukup lama dengan penuh konsentrasi. Daya konsentrasi itu akan berpengaruh dalam proses belajarnya.

Saat bermain catur, seorang anak jadi terbiasa berkonsentrasi memikirkan rencana selanjutnya. Akibatnya, ketika sedang tidak bermain pun, ia jadi terbiasa berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakannya. Selain itu, catur juga mengajarkan apa pentingnya konsentrasi. Artinya, jika sekali saja anak Anda kurang konsentrasi sehingga melakukan langkah yang kurang tepat, permainan bisa langsung selesai karena ia kalah. Hanya anak yang fokus, sabar, dan gigihlah yang bisa mempertahankan permainan yang baik. Karakter seperti itulah yang bisa diterapkan saat bersekolah, apalagi saat menghadapi ujian.

Permainan catur tidak hanya berdampak baik pada anak-anak yang berbakat. Bahkan, anak-anak yang kecerdasannya sedang atau di bawah rata-rata pun bisa memetik manfaat dari permainan catur. Walau mereka mungkin kurang menangkap semua strategi atau penyusunan taktik dalam sebuah permainan catur, kemampuan mereka dalam mempelajari bahasa, membaca, dan berhitung, juga meningkat. Yang jelas, catur juga terbukti bisa meningkatkan IQ pada anak didik. Nah, tertarik untuk mengajari anak didik main catur?

Thursday, April 14, 2016


Sebagai bagian dari kecerdasan emosional seseorang, sikap empati perlu ditanamkan sejak usia dini karena empati diibaratkan sebagai satu perasaan yang mencoba berada pada posisi orang lain. orang tua perlu menciptakan kondisi pengasuhan yang tepat agar anak memiliki rasa empati.

Empati dimaksudkan bagaimana kita bisa memperkirakan keadaan psikis orang lain ketika mengalami hal-hal tertentu seperti yang mereka hadapi saat ini. Dengan berempati maka kita menjadi lebih memiliki perasaan yang halus, peka, dan peduli.

Berikut beberapa cara menumbuhkan sikap empati pada anak:
1. Membiasakan anak untuk mengucap kata-kata ajaib seperti terima kasih saat dibantu, maaf saat merasa bersalah, dan tolong saat minta bantuan.

2. Memberikan contoh kepada anak untuk selalu menghormati orang lain tanpa memandang derajat, harta, dan pangkat.

3. Mengajak anak ke panti asuhan, panti jompo, dan rumah singgah anak terlantar untuk menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.

4. Mengajak anak ke kebun binatang, kebun raya, dan berkemah ke tempat kita bisa lebih dekat dengan alam sehingga menumbuhkan peribadi peduli.

5. Membacakan dongeng mengenai cerita ringan penuh pesan moral. Bisa juga dengan menyediakan buku anak bergambar untuk dibaca sendiri oleh anak.

6. Mendengarkan baik-baik saat anak menceritakan apa masalah mereka. Lalu tanya dan refleksikan kembali padanya, seperti 'Kamu yakin merasa sangat sebal pada sahabatmu?'
Membiarkan anak menyelesaikan konfliknya sendiri agar ia belajar.

7. Membiasakan anak untuk berkata baik, sopan, dan optimis.

Untuk membiasakan agar anak memiliki sikap empati perlu dilakukan sejak usia dini agar kelak saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka lebih matang dalam bersikap, mampu berkomunikasi dan mampu bersosialisasi dengan baik. Kemampuan itu akan memudahkan seseorang dalam adaptasi dengan lingkungan, meraih kesuksesan dalam pekerjaan yang ditekuni dan tentunya mencapai kebahagiaan.

Friday, March 25, 2016

Balajar & Berbagai Macam Teorinya

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung di kelas.

Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan, atau kondisi  sementara (seperti  lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya).

Menurut Morgan  (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.  Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987: 150) “Learning is a cognitive process”.  Belajar adalah suatu proses kognitif. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu :
  1. Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan datang.
  2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
  3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif  lama.
  4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis.

Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan.

Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas  dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar mengajar yang tepat.


Macam-macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

1. Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori  Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Monday, March 21, 2016


Suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. S.C. Utami Munandar (1985:11) menyatakan bahwa minat dapat juga menjadi kekuatan motivasi. Prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minatnya. Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang-ulang tindakan-tindakan yang didasari oleh minat dan minat ini dapat bertahan selama hidupnya.

Dengan demikian, minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Disamping itu minat belajar juga dapat mendukung dan mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Namun dalam prakteknya tidak sedikit guru Seni Budaya (Kesenian) menemukan kendala di dalam kelas, karena kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Seni Budaya khususnya seni rupa. Jika hal ini terjadi, maka proses belajar mengajar pun akan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran. Hanya sebagian kecil saja siswa yang bisa memahami dan mengerjakan tugas dengan semangat. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan perasaan terpaksa atau takut. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuaskan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka ditanya, alasannya mereka tidak mempunyai bakat di bidang seni atau tidak punya bakat menggambar. Dengan kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa terutama dalam pembelajaran Seni Rupa. 

Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut Slameto (dalam Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (dalam Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar, pada umumnya mereka memberikan penekanan pada unsur perubahan dan pengalaman. Menurut Witherington (dalam Sukmadinata 2007:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Crow and Crow (dalam Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgar (1962:252) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang definisi belajar dikemukakan para ahli, antara lain menurut Di Vesta and Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage and Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630), mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang brelatif permanen yang terjadi karena pengalaman.
Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut :

Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari :
  1. Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya. (Kumpulan Tugas Sekolahku)
  2. Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan minat belajar. 
Faktor dari luar siswa, meliputi: 
  1. Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. 
  2. Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolahserta berbagai kegiatan kokurikuler. 
  3. Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. 
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97), faktor-faktor yang menyebabkan kurang atau hilangnya minat belajar sisbwa adalah sebagai berikut :
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa.

Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi : Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.

Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan. ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalanya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan tumbuh. 

JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut : 
  • Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab. 
  • Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar 
  • Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik. 
  • Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain. 
  • Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. (Kumpulan Tugas Sekolahku)
  • Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah. 
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.
Minat belajar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya minat belajar. Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Dengan demikian upaya untuk menumbuhkan minat belajar sesuai dengan sasarannya.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat belajar pada peserta didik. Pertama, pahami dan kenali terlebih dahulu kondisi fisik dan psikologis siswa. Kedua, gunakan teknik dan metode yang bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran. Ketiga, penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat merangsang siswa untuk tertarik ikuti serta dalam pembelajaran. Keempat, pahami kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sehingga kita dapat mencari jalan keluar dalam menumbuhkan minat belajar siswa. 

Sumber :
  • Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Munandar, S.C. Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.
  • Loekmono,JT. 1985. Bimbingan bagi Anak Remaja yang bermasalah. Jakarta: CV. Rajawali.

Monday, March 14, 2016

Nasib penjaga sekolah selalu terpinggirkan dan selalu dipandang sebelah mata.pemerintah lebih memperhatikan nasib guru / tenaga pendidik. Sementara penjaga sekolah tak pernah diperhatikan, aku bosan bila ada berita ditelevisi maupun dikoran, acara - acara hari pendidikan ( HARDIKNAS) pemerintah hanya membicarakan kesejahteraan guru dan guru. Padahal sekarang guru sudah sangat sejahtera dengan penghasilan gaji pokok, uang setifikasi, uang kesehatan, uang fungsional, dan lain - lain dalam sebulan mereka mengantongi Jutaan Rupiah lebih, sementara kami hanya diberi Upah sebesar Ratusan Ribuab perbulannya. Dahulu Bang Iwan Fals diera pemerintahan Soeharto menciptakan lagu untuk guru "UMAR BAKRI" karena prihatin dengan nasib guru, dengan penghasilan minim, tetapi kini "UMAR BAKRI" berganti nama menjadi "UMAR MAKMUR". Hehe....

Kapan kami diperhatikan kesejahteraannya oleh Pemerintah. Dunia pendidikan lupa atau melupakan keberadaan kami seolah- olah kami tidak diperlukan, padahal dunia pendidikan tidak akan bisa berhasil tanpa peran serta para penjaga sekolah. Mereka menjamin kebersihan, merawat, dan berkerja dengan jam kerja lebih lama dari pada guru. Penjaga sekolah datang lebih awal, ketika guru masih terbuai mimpi dan pulang ketika guru terakhir pulang . Kami mohon perhatian pemerintah untuk "ADIL"terhadap kami PENJAGA SEKOLAH. PENDIDIKAN YANG SEHAT HANYA DAPAT TERWUJUD DENGAN LINGKUNG DAN BANGUNAN SEKOLAH YANG LAYAK ,BERSIH DAN SEHAT.

Monday, March 7, 2016


 Pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan, keterampilan  dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Apabila orang berpendidikan baik maka akan berdampak baik juga bagi kehidupannya dan negara. Pendidikan merupakan bagian  dari  kebudayaan  dan peradaban  manusia yang terus berkembang.

Oleh karenanya pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program wajib sekolah 9 tahun. Pentingnya pendidikan juga terlihat dari besarnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk bidang pendidikan, yaitu sebesar 20% dari total APBN Indonesia. Sebenarnya pendidikan tidak hanya sebatas pendidikan formal di sekolah ataupun universitas, sejak kita lahir pun kita sudah mendapat pendidikan dari orang tua kita. Pendidikan bagaimana bersikap, berjalan, serta hal-hal mendasar lainnya. Secara umum proses pendidikan terjadi dalam 3 lingkungan, yang biasa disebut dengan tripusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, serta masyarakat.

Tujuan Pendidikan Nasional harus sesuai dengan Tap MPRS No XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, sehingga dirumuskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Dalam UU No. 2 tahun 1989 juga ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan artian bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki pribadi yang baik, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan.

Fungsi pendidikan bertujuan untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat yaitu kebodohan dan ketertinggalan. Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Pengertian demokrasi sendiri adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

Demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan dimana rakyat memegang suatu peranan yang sangat menentukan. Nilai-nilai demokrasi perlu ditanamkan pada generasi muda agar terbentuk  generasi yang demokratis. Demokasi Pancasila merupakan demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan nilai-nilai Pancasila. Demokrasi pendidikan adalah pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta pengelola pendidikan.

Dalam pendidikan demokrasi menekankan pada pengembangan ketrampilan intelektual, ketrampilan pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan kepada sekolah untuk mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat. Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan di sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.Mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara substantif, sekolah demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai Demokrasi Pancasila.

Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Dalam pendidikan demokrasi ada dua hal yang harus ditekankan, demokrasi sebagai konsep dan demokrasi sebagai praksis :
  1. Sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan sikap perilaku yang tergolong demokratis.
  2. Sedang sebagai praksis sesungguhnya demokrasi sudah menjadi sistem. Sebagai suatu sistem kinerja demokrasi terikat suatu peraturan main tertentu, apabila dalam sistem itu ada orang yang tidak mentaati aturan main yang telah disepakati bersama, maka aktiviatas itu akan merusak demokrasi dan menjadi anti demokrasi .
Tugas seorang pendidik adalah mensosialisasikan dua tataran tersebut dalam konsep dan fraksisnya, sehingga peserta didik memahami dan ikut terlibat dalam kehidupan demokrasi. Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam pembentukan mental peserta didik sesuai nilai-nilai demokrasi, demokrasi di sekolah juga mencakup proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini diantaranya adalah untuk menyikapi persoalan yang tentunya tekait dengan nilai-nilai demokrasi dalam hal ilmu pengetahuan.

Tujuan pelaksanaan Demokrasi Pancasila di sekolah yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis maupun sosial dengan menitik beratkan pada pengembangan ketrampilan intelektual, keterampilan pribadi dan sosial. Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis.

Pengembangan nilai-nilai demokrasi di sekolah tidak akan lepas dari peran guru dan kurikulum. Untuk itu hendaknya guru lebih dahulu memahami tentang nilai-nilai demokrasi agar dapat menggunakan dan memanfaatkan kurikulum yang berlaku untuk proses pengembangan nilai-nilai demokrasi. Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu Pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat. Pendidikan dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika yang ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu masyarakat dapat merubah budaya dannegaranya ke arah yang lebih baik.

Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis. Hakikat pendidikan demokratis sendiri adalah pemerdekaan. Sedangkan tujuan pendidikan dalam suatu. Negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan berbagai perbudakan lainnya. Peran lembaga pendidikan tinggi sangatlah penting dan strategis dalam proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan generasi muda. Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa adalah tulang punggung gerakan reformasi. Mahasiswa tercatat sebagai kekuasaan genuine dari gerakan reformasi di indonesia. ketulusan, semangat, dan keberpihakan pada nasib rakyat dan masa depan indonesia telah menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan di indonseia yang selalu diperhitungkan dari masa ke masa.

Pendidikan demokrasi sejak dini sangat baik karena dapat membantu masyarakat untuk berpikir kritis. Dan dengan pemikiran yang demokratis dapat membangun Negara Indonesia yang lebih baik asalkan pemerintahaan nya berjalan dengan sistem demokrasi yang bersi. Maka dari itu diperlukan pendidikan sejak usia muda. Buka hanya di sekolah formal, tapi juga di lingkungan bergaul, sekitar dan lingkungan keluarga.

DAPODIKDASMEN

LAPOR DANA BOS

CEK NISN

RUMAH BELAJAR

PADAMU NEGERI

GET UPDATE VIA EMAIL
Berlangganan artikel via email!

OPS SDN INPRES WAWORADA

POSTINGAN LAINNYA